Tugas IV (Peran seorang Insinyur)
Apa Sebenarnya Peran
seorang Insinyur?
Indonesia mempunyai berbagai sumber daya alam. Indonesia
mempunyai tambang yang paling komplit sedunia. Namun, Indonesia kekurangan
sumber daya manusia sehingga Indonesia tak mampu untuk mengolah sumber daya alam
yang melimpah tersebut. Maka dari itu, Indonesia harus memiliki seorang insinyur
untuk dapat mengolah sendiri sumber daya alamnya. Insinyur sangat diperlukan
bagi Indonesia. Tanpa insinyur, Indonesia tidak akan berkembang. Tugas seorang insinyur
tidaklah mudah, terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia ini. Peran sarjana teknik dalam menyukseskan pembangunan sangat
penting karena ilmu teknik adalah fondasi pembangunan suatu negara, tapi
sayangnya jumlah sarjana teknik atau insinyur di Indonesia masih sangat minim.
Tanpa seorang insinyur, sebuah negara tidak dapat mengolah
kekeyaan alamnya secara maksimal. Insinyur yang handal akan dibutuhkan oleh negara
manapun. Indonesia sekarang ini sedang mengalami krisis insinyur, terutama yang
handal. Andai saja indonesia mempunyai insinyur yang memadai, mungkin Indonesia
tidak akan mengalami hal-hal yang sekarang terjadi. Misalnya, di Papua sana
tambang emas kita dikelola oleh pihak asing. Pihak asing yang menjadi insinyurnya,
pihak kita yang bekerjanya. Hasil yang didapat untuk Indonesia hanya sedikit
jauh dibandingkan pihak asing tersebut. Andai saja yang di Papua sana kita yang
memanganinya, maka kita tidak akan mengalami kerugian yang besar.
Melihat contoh diatas dapat dipastikan peran insinyur
sangatlah penting. Terutama dalam mewujudkan kemandirian bangsa. Tanpa seorang insinyur,
sebuah negara akan bargantung oleh negara lain yang mempunyai insinyur.
Terutama seorang insinyur yang handal, berpengalaman, dan dapat menjadi seorang
pemimpin.
Insinyur dalam Industri Manufaktur
Pendahuluan
Engineering adalah suatu ilmu keteknikan yang dipraktikkan ke dalam
kehidupan kita untuk mempermudah kita dalam melakukan sesuatu. Engineering mampu mengatasi permasalahan
yang ada disekitar kehidupan sehari-hari dari hal yang terkecil hingga besar
dan membuat peralatan yang bertujuan untuk memudahkan pekerjaan manusia, itulah
konsep dasarnya.
Bahtera nabi Nuh, Bangunan Stonehege yang dibuat pada tahun
2500-2000 SM, Pembangunan Pyramida Giza oleh bangsa Mesir kuno sekitar tahun
2560 SM yang berlangsung selama 20 tahun, pembangunan Candi Borobudur pada Abad
9, Perakitan komputer generasi pertama pada tahun 1941, Peluncuran wahana
antariksa Galileo yang mampu menjelajah atmosfer Jupiter, dan banyak fakta lainnya, yang membuktikan bahwa Engineering mengiringi sejarah kehidupan manusia mulai
jaman purba.
Sejak penemuan Mesin uap oleh James Watt tahun 1764 dan
menjadi pendorong terjadinya Revolusi Industri pada Abad 18, Engineering menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dalam perkembangan manufacture
dunia. Sejak saat itu, penggunaan mesin-mesin dalam industri menjadi kebutuhan
mutlak dalam aktivitas produksi dan manufacturing.
Peran Engineering dalam Perusahaan Manufaktur
Bisa dipastikan setiap perusahaan manufaktur (perusahaan
yang memproduksi barang) memiliki fungsi Engineering.
Beberapa Perusahaan menggunakan istilah Maintenance, dalam konteks manufacturing, istilah-istilah ini
memiliki arti yang kurang lebih sama. Jadi dalam artikel ini, saya akan
menggunakan kedua istilah ini.
Engineering dalam Industri
manufaktur nasional memiliki nasib yang sedikit berbeda dibanding saudara
kandungnya “ bagian produksi “, Coba tebak, dimana biasanya ruang maintenance di dalam layout pabrik. Di belakang bukan? Mirip
denah rumah di jawa, Ruang tamu didepan, dapur dibelakang. (beda lagi kalau di
Bali, Dapur yang di depan). Tidak semua memang. Beberapa perusahaan Jepang yang
menerapkan Total Produktif Maintenance
(TPM) memiliki gaya yang berbeda. Mereka
biasanya menggabungkan struktur Maintenance dengan produksi. Imbasnya, ruang Maintenance benar-benar di dalam lingkup
area produksi. Kondisi ini seperti tuntutan, dalam TPM, hampir semua personel
produksi memiliki fungsi maintenance,
tentunya dengan ruang lingkup yang kecil dan sudah ditentukan, tidak heran
hampir disemua mesin bertebaran SOP perawatan mesin standar yang biasa
dilakukan oleh operator, tidak perduli dia laki-laki, perempuan, anak muda,
sampai “dadong-dadong” (Bahasa Bali, arti : nenek-nenek), menjadi kewajiban mereka
untuk menjalankannya.
SOP dalam TPM
Meskipun memiliki Maintenance dalam setiap divisi
produksi, tetap saja perusahaan jenis ini memerlukan Maintenane Central. (Dan tetap posisinya dibelakang. Lho …) kok
masih perlu ? bukannya mereka sudah terapkan TPM ???? Eittt, tunggu dulu, Memang struktur Maintenance dalam Produksi efektif untuk
menunjang aktivitas produksi dalam menangani fungsi-fungsi Maintenance regular. Seperti : 1) aktivitas Inspection, 2) lubrication, 3) parts replacement, 4) Overhoul,
5) Regular machine problem solving,
dan 5) Technical Improvement.
Akan tetapi, Jika terkait dengan pembuatan spare parts/machining yang
memerlukan mesin-mesin workshop dan memerlukan lead time pengerjaan yang relatif lama,
sangat tidak efisien jika setiap divisi produksi memilikinya. Untuk itu maintenance central/factory tetap
diperlukan.
Dalam perkembangannya, seiring dengan perkembangan
perusahaan, aktivitas workshop ini dapat berevolusi menjadi sebuah divisi machinery (perusahaan permesinan), tidak
hanya sebagai parts making, tapi
menjelma menjadi machine maker atau
pembuat mesin. Machinery, tidak hanya
membuat mesin-mesin “standard”, namun mampu merancang dan merakit (design & Assembling) tipe-tipe permesinan yang sudah ter-upgrade, dalam memenuhi kebutuhan divisi
produksi, up-grading ini meliputi; 1)
kapasitas yang semakin besar, 2) tingkat presisi produk yang semakin tinggi, 3)
kemudahan dalam perawatan, 4) keamanan dan kemudahan dalam pengoperasian, 5)
Ketahanan mesin/ Reliability yang
semakin baik, 6) Desain yang menarik, modern, bahkan futuristik, 7)
Terintegrasi dengan Sistem Informasi .
Machinery Division biasanya dimiliki
oleh perusahaan yang memiliki skala pasar dan operasi yang besar.
Posisi Bagian Maintenance
dalam lay out perusahaan tadi, anggap
saja tidak penting (dan memang tidak penting), posisi ruang di bagian belakang
saya pikir jauh lebih pas, karena bagian ini
identik dengan penyimpanan mesin/parts tidak terpakai, dan "terlihat tidak
bersih ". Namun gambaran perusahaan Jepang yang saya ceritakan tadi,
mudah-mudahan memberikan sedikit masukan bagi kita, bahwa ruang Maintenance tidak identik dengan ' tidak
clean", tetapi bisa menjadi bagian integral dalam layout produksi, meski
untuk kategori food manufacturing.
Bahkan pernah saya jumpai, seorang teknisi dari luar, melakukan overhoul besar dengan menggunakan wearpack serba putih, dengan tangan yang
clean. Sekali lagi, tidak ada pembenaran jika seorang teknisi Maintenance identik dengan kerja kotor
dan berlumuran oli.
Bisa dipastikan bahwa setiap perusahaan manufacture memiliki
fungsi Engineering, meskipun dengan
format dan size yang berbeda. Meski
berbeda, Engineering/ Maintenance perusahaan pada umumnya
memiliki 6 Lingkup fungsi sebagai
berikut:
1.
Mechanical
2.
Electrical
3.
Installation
4.
Utility
5.
Instrumentation
6.
Workshop
(saya berpikir memisahkan fungsi mechanical dan electrical
tidak begitu efektif. Jauh sangat-sangat efektif jika basic skill personal maintenance meliputi mechanical skill dan electrical
skill, syukur jika sampai kedalam instrumentation
skill seperti programable logic
control/ PLC, dalam perkembangannya mesin-mesin manufaktur modern tampak
lebih compact dan mekanismenya banyak
menggunakan kombinasi sistem pneumatic,
hidrolic dan programable control ).
Penjelasannya singkatnya
kurang lebih sebagai berikut :
Mechanical skill,
meliputi perawatan dan perbaikan diantaranya ; 1) sistem mekanis (komponen-komponen yang dengan sinkron
melakukan dua jenis gerakan mekanis, yaitu translasi dan rotasi), 2) sistem
hidrolik, 3) sistem pneumatik, 4) sistem burner/pengapian
Eletrical Skill, Saya cenderung mengartikannya kedalam
pengertian electric arus kuat. Basic Skill personelnya meliputi ; Meliputi
1)pemahaman akan logical electrical control, 2) memahami jenis-jenis
parts electric arus kuat (
komponen input,seperti stabilizer, capacitor bank, Trafo, Safety/Fuse/MCB,
komponen kontrol seperti Push botton, contactor, Relay, Switch, all kind of
sensor, dll, hingga komponen output seperti motor listrik, robotic cilinder, solenoid
valve, dll ), 3) Mengerti electrical
safety standard
Installation, Personel yang melakukan fungsi ini, umumnya memiliki kemampuan dalam 1)
menginstall dan melakukan set up mesin. Beberapa suplier memberikan jasa
instalasi komplet dengan biaya pembelian. Tapi jauh lebih baik, jika interaksi
antara personel Maintenance dan mesin
sudah ada sejak instalasi awal. Karena dengan menginstall satu persatu, akan
memberikan gambaran teknis yang lebih detail
mengenai sistem operasi mesin. Akan sangat membantu dalam analisa dan
problem solving. Fungsi ini memiliki skill complete dalam mechanical,
electrical dan instrumentasi. Tidak hanya install mesin baru, tapi 2) installasi jalur pipa angin, pipa air, pipa
steam yang masuk dalam Main Pipe, juga masuk dalam lingkup kerjanya. Semakin
banyak divisi-divisi produksi, jika masing-masing divisi ini memerlukan suplay
udara bertekanan, water suplay, Steam, dll. Maka fungsi installation ini yang
memastikan jalur distribusinya ready.
Mustahil jika masing-masing divisi mengelola jalur piping ini secara
independen.
Utility, fungsi ini terkait dengan mesin-mesin sumber
tenaga, dan mesin transfer energi. Diantaranya; Diesel Generator Set / Genset,
Compressor, Boiler, Sistem pendingin ( Chiller, Frezzer, Blast Frezeer, Super
Frezeer ).
Instrumentation, fungsi ini lebih pada sistem electronic
arus lemah / DC. Tentunya personel Maintenance
harus memahami bahasa pemograman untuk
PLC, seperti omron, mitsubishi, allen bradley, dll. Tidak hanya memahami
beberapa bahasa pemrograman untuk bisa berinteraksi dengan PLC. Tingkat logika dalam mendevelope hingga
menganalisa permasalahan yang dimiliki personel ini, benar-benar sangat
sistematis dan terstruktur. Saya tidak menyebut spesies ini hebat, tapi lebih
senang menyebutnya “sangat unik”, tidak heran
perusahaan harus mengeluarkan biaya besar untuk merekrut orang-orang
ini.
Workshop, Saya sudah menyinggung dalam alinea sebelumnya.
Dari pengalaman, workshop atau biasa disebut Bengkel tidak terbatas sebagai
pensuplai parts secara internal prusahaan. Ini benar-benar terkait langsung
dengan Maintenance cost. Bukan hal yang mengherankan, ketergantungan
mesin-mesin industri kita terhadap parts import sangat tinggi, oh bukan …
tetapi sangat sangat tinggi. Terkadang saya berpikir, Suplier Mesin ini tidak
hanya menjual mesin, tapi kontinuitas order spare parts menjadi pemasukan yang
menguntungkan. Jika kita Import Spare Parts, kita tidak hanya bayar harga spare
parts, tapi kita harus keluarkan lebih dari
20% dari harga jualnya untuk
keluarkan makhluk-makhluk ini dari Custom.
Jadi benar-benar sangat meringankan jika
beberapa parts bisa dibuat secara mandiri di workshop. Tidak hanya itu,
meskipun parts ini kita buat di bengkel-bengkel atau machinery di dalam
negeri, harga material dan jasa
pembuatannya kadang tidak masuk akal ( dan menjengkelkan ). Ada perlengkapan
dasar yang harus dimiliki di workshop. Diantaranya Mesin Bubut, Welding,
Gerinda, Bor, Miling, Plate Cutting. Dan
tentunya operator multi skill untuk mengoperasikannya. Jika demand semakin
besar, tinggal pertambah saja
quantitynya. Jika berada di level Departemen, Install CNC perlu
dipertimbangkan. Intinya, workshop tidak hanya sangat membantu dalam suplay
spare parts tapi memiliki kontribusi yang sangat besar dalam menekan biaya Maintenance.
Setiap perusahaan memiliki strategi yang berbeda yang
berpengaruh pada struktur organisasi Maintenance/Engineeringnya-nya. Tepat atau tidak nya
suatu format organisasi Maintenance
tentunya harus dilihat dari efektivitas
supportingnya terhadap bagian yang menjadi customernya. Saya ambil contoh, bagian
Produksi, sebagai customer dari Bagian Maintenance.
Yang termudah yaitu pencapaian target volume produksi, target quality produksi.
Sedang di tingkat perusahaan, bisa dilihat kontribusi Maintenance cost terhadap Harga Pokok Produksi (HPP). Implementasi
Teknik Statistik Dasar (Check List, Pareto, Histogram, Fish Bone Diagram) akan
sangat membantu jika diterapkan dengan benar.
Berbicara format struktur organisasinya, Industri minyak,
gas dan pertambangan tentu berbeda dengan Industri makanan, obat-obatan.
Masing-masing bidang manufacturing memiliki standard yang spsific terkait denan
kendali proses. Disamping memperhitungkan strategi utama perusahaan, adanya
standard proses ini secara tidak langsung juga berkontribusi dalam membentuk
format Engineering di setiap
perusahaan. SOP Teknisi Pengeboran lepas pantai ( Rig off shore ), memiliki
standard yang lebih ketat dari on shore dalam hal safety. Dan Engineering dalam industri farmasi
memiliki standard higienis dan sanitasi yang lebih tinggi dibanding industri
otomotif, dan seterusnya. Tidak ada standard format baku dalam hal ini.
Problem Turn Over pada Teknisi
Sepintas Bagian Engineering
atau Maintenance berisi orang-orang
multi high skill. Untuk pernyataan ini, saya setuju, meski tidak sepenuhnya.
Orang-orang dibagian ini terbiasa bekerja secara one man show. Begitu pula
dengan bagian Engineering,
orang-orang dengan keahlian khusus ini terkadang lebih nyaman jika bekerja sendiri.
Tidak pas sebenarnya kalau saya katakan engineer lebih
nyaman bekerja sendiri. Tapi ini adalah realitanya, saat mmerlukan teknisi
lain. Teknisi ini lebih pada sebagai Helper atau teknisi pembantu, dengan
pertimbangan safety saat kerja dan operasionalnya.
Dari sisi mentalitasnya, ada dua type teksnisi. Type
Engineer dan Type Tukangnya Engineer / Helper.
Type kesatu yaitu Engineer tidak berarti harus insinyur
sajana teknik, tapi memiliki konsep kerja seorang engineer, diantaranya
memiliki minat dalam rekayasa teknik, dan termotivasi untuk menjaga dan
meningkatkan performance mesin. Teknisi yang masuk di type ini, melihat
knowledge dan skill sebagai modal, ada minat yang sangat besar untuk
memperdalam spesialisasinya dan berusaha
menguasai bidang keilmuan lain yang dapat menunjang kerja mereka meski di
tingkat basic. Misal seorang Teknisi mekanik, juga menguasai electric,
instrumentasi, drawing design, manajemen perawatan, dll. Jadi benar-benar dasar
ilmunya menunjang untuk melakukan rekayasa teknik dan koordinasi lintas bidang
keilmuan.
Type kedua yaitu Type Tukangnya Engineer/Helper, jangan
salah lho, Sarjana Teknik-pun memiliki karakter seperti ini. Teknisi yang masuk
di kategori ini ; 1)lebih mengutamakan pengalaman dibanding dengan kedalaman
proses berpikir dalam analisa masalah, 2) melihat bidang keilmuan dari sisi
yang sangat sempit Mekanik ya mekanik, electric ya electric, dst. Tidak ada
minat untuk mempelajari bidang lain, sehingga memiliki banyak keterbatasan dalam melakukan rekayasa
teknik. Meskipun bisa tidak lebih dari menjadi "Helper".
Yang saya maksud orang dengan keahlian khusus, yaitu
Teknisi yang masuk Type satu. Perusahaan tidak akan segan memberikan penawaran
tinggi untuk merekruitnya, apalagi mereka berada di rentang usia muda yaitu
usia 27 - 30 tahun.
Disinilah masalahnya, yaitu “ Pembajakan tenaga kerja
“.Faktor Ekonomi menjadi alasan utama, ahli-ahli mesin berkeahlian khusus ini berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Apa yang kemudian
terjadi, perusahaan yang ditinggal harus mencari ahli pengganti dan
mulai dari dari awal untuk proses adaptasi. Dan Perusahaan yang dituju, was-was
jika ditinggal pergi meski dengan resiko “ new
boss, new rule”, strategi lama terputus dan mulai dengan strategi
baru. Kenyataannya dunia Engineering menawarkan kesempatan untuk
mengenal berbagai teknologi baru, berimprovisasi dan mengupgrade skill, dimana
dari sudut pandang individu apa yang didapat (experience, kowledge, skill) akan
berdampak langsung pada nilai jual. industri konvensional sangat tergantung pada individu, namun industri
modern lebih tergantung pada sistem. Sistem yaitu interaksi sinergis antara
semua komponen terkait, ada didalamnya human resources, metode kerja
Ini akan menjadi permasalahan pastinya. Tapi tetap ada
solusinya. Saya menyarankan denga;1) Dokumentasi, 2) Penerapan Sistem Penilaian
Performance Berbasis obyektivitas Kinerja.
Dokumentasi jelas, semua permasalahan permesinan di mapping
setelah itu menetapkan standard perbaikan.
Jika semua terdokumentasi, mulai dari Drawing Parts Mesin, Sistem
operasional mesin, Problem, langkah Perbaikan, dan lain-lain terkait hal teknis
lainnya, Budaya One Man Show berangsur
akan hilang, dan bergeser pada model kerja kolektive. Perklu diingat,
dokumentasi Maintenance banyak
menyangkut hal yang sangat rahasia ( very confidential ), anda wajib memiliki
mekanisme untuk menjamin kerahasiaannya.
Penerapan Sistem Penilaian Performance Berbasis
obyektivitas Kinerja. Dengan adanya sistem ini, Gap atau Selisih antara Skill
standard dengan actual yang dimiliki akan terlihat secara obyektif. Kuncinya
pada data, umumnya semua orang sudah merasa bekerja dengan baik dan benar, jika
tidak berbicara data obyektif, akan banyak sekali misskomunikasi. Sistem TPM
menyediakan formulasinya, tinggal diolah dengan MBO atau Performance Approval
system lainnya. Setelah itu lakukan Trainning rutin untuk pembekalan Basic
Skill, melatih urutan kerja, kemampuan analisa masalah, dll.
Sumber:
Komentar
Posting Komentar